Sabtu, 07 September 2013
17.28 0

Musisi Jalanan a.k.a Pengamen

Saat kota yang disebut-sebut 'berhati nyaman' itu meredupkan siangnya, banyak pedagang kaki lima pun mulai menggelar lapaknya. pemandangan malamnya pun tak kalah ramai dibanding siang hari. Bahkan di beberapa sudut kota hanya ramai kala malam tiba.

Seperti lagunya Kla Project, musisi jalanan mulai beraksi seiring laraku kehilanganmu. Yah, malam mulai larut, para pria mulai kehilangan pacar wanitanya karena tidak boleh pulang sampai larut. Hahaha... Seperti itu lah anak kos kalau pacaran sama anak asli kota itu.

Para mahasiswa kampus biru mayoritas kos di daerah Kaliurang, ya yang ngekos, yang tidak kos ya tinggal di rumahnya yang tersebar di kota berhati nyaman tersebut. Saat senja tiba mulai banyak kaki lima bertebaran di Jalan Kaliurang. Musisi jalanan pun banyak yang mencoba peruntungan disana.

Nyang sering makan di Jalan Kaliurang pasti kenal dengan foto yang ada di atas. Yaps bener, beliau adalah musisi jalanan yang selalu menyanyikan lagu-lagu The Beatles. Entah siapa namanya, banyak orang yang memanggilnya "Peter Lennon". Mungkin jelmaan dari John Lennon. Mungkin.

Perpaduan permainan gitar dan harmonikanya sangat ciamik. Jika, anda tidak tahu lagu apa yang sedang dimainkan jangan khawatir, Pak Peter ini akan memberi tahu kalian judul lagu apa yang habis ia mainkan. So, jangan coba menebak-nebak judul lagunya, dengarkan saja, dan di akhir ia akan memberi tahumu. Jika ingin mendengarkan permainannya, silahkan sahabat nongkrong di kaki lima sepanjang Jalan Kaliurang selatan ringroad.


-RUGO-
Rabu, 04 September 2013
11.02 0

Kekayaan Budaya: Masjid Cheng Hoo

Masjid Muhammad Cheng Hoo
Sebuah kekayaan budaya terdapat di Kota Pahlawan. Masjid Muhammad Cheng Hoo, sebuah tempat peribadatan Orang-orang Muslim yang berbentuk seperti Klenteng. Cukup aneh bukan?

Kebetulan beberapa hari yang lalu Rugo sempat mengunjungi Masjid ini di Surabaya. Rugo pun berkesempatan Sholat Magrib di dalamnya. Cukup unik, karena pada saat Rugo sholat di sana mayoritas orang-orang kulit putih yang sholat berjamaah di dalamnya.

Masjid ini dibangun untuk mengenang Laksamana Cheng Hoo atau Sam Poo Kong atau Pompu Awang. Penamaan Masjid ini pun merupakan bentuk penghormatan bagi Cheng Hoo. Cheng Hoo adalah Laksamana asal Cina yang beragama Islam. Dalam perjalanannya ke kawasan Asia Tenggara, Cheng Hoo bukan hanya berdagang dan menjalin persahabatan, juga menyebarkan agama Islam.

Masjid Muhammad Cheng Hoo ini mampu menampung sekitar 200 jama'ah. Masjid Muhammad Cheng Hoo berdiri di atas tanah seluas 21 x 11 meter persegi dengan luas bangunan utama 11 x 9 meter persegi. Masjid Muhammad Cheng Hoo juga memiliki delapan sisi dibagian atas bangunan utama. Ketiga ukuran atau angka itu ada maksudnya. Maknanya adalah angka 11 untuk ukuran Ka'bah saat baru dibangun, angka 9 melambangkan Wali Songo dan angka 8 melambangkan Pat Kwa (keberuntungan/kejayaan dalam bahasa Tionghoa).
 
Perpaduan Gaya Tiongkok dan Arab memang menjadi ciri khas masjid ini. Arsitektur Masjid Cheng Ho diilhami Masjid Niu Jie (Ox Street) di Beijing yang dibangun pada tahun 996 Masehi. Gaya Niu Jie tampak pada bagian puncak, atau atap utama, dan mahkota masjid. Selebihnya, hasil perpaduan arsitektur Timur Tengah dan budaya lokal, Jawa. Arsiteknya Ir. Abdul Aziz dari Bojonegoro.


-RUGO dan Wiki-