![]() |
Ilustrasi |
Tidak sedikit orang yang rela menghabiskan waktunya untuk menghatamkan Al-Qur'an. Bahkan ada yang sampai menghiraukan waktu berharganya untuk keperluan wajibnya yang lain demi untuk menghatamkan Al-Qur'an. Entah apa yang ada dipikiran orang-orang seperti itu. Apakah Tuhan mendengarkannya? Padahal ia memegang Al-Qur'an pun hanya satu tahun sekali sewaktu bulan Ramadan. Bukankah hal demikian jatuhnya malah menjadi nafsu? Nafsu ingin menghatamkan Al-Qur'an demi mendapatkan pahala. Dan firman Allah swt: “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).” (Q.S. An-Nazia’at 40-41.)
Saya mempunyai sebuah cerita tentang kasus di atas. Begini ceritanya. Pada suatu kerajaan di negeri antah-berantah, ada seorang prajurit yang sangat amat baik dan patuh pada rajanya. Prajurit yang sangat gagah dan setia pada kerajaan tempat ia mengabdi, hingga ia diberi penghargaan sebagai prajurit kesayangan sang raja. Suatu hari prajurit tersebut diperintahkan oleh sang raja untuk mengawal sang raja ke hutan untuk berburu. Saat berburu di kedalaman hutan lebat tiba-tiba ada seekor ular yang mengagetkan kuda putih gagah kesayangan sang raja, kuda tersebut pun lari entah kemana. Seluruh pengawal raja saat itu panik dan langsung mencari kuda itu ke seluruh pelosok hutan karena kuda itu adalah kuda kesayangan raja. Akhirnya prajurit kesayangan raja lah yang menemukan kuda tersebut. Sang raja pun sangat bahagia karena kuda kesayangannya telah ditemukan dan hal yang membuatnya amat bangga adalah prajurit kebanggaannya lah yang menemukan kudanya. Kemudian sang raja memberikan hadiah kepada prajurit tersebut. Hadiah yang diberikan sang raja berupa tanah seluas 'kuatnya sang prajurit itu untuk berlari selama tiga hari'. Sampai seberapa jauh prajurit tersebut berlari dalam tiga hari, itu lah luas tanah yang akan dihadiahi ke prajurit itu.
Prajurit itu pun berlari selama tiga hari tiga malam tanpa henti. Pemikiran dan nafsunya mulai menguasai raganya. Tidak minum maupun makan, tidak bekerja bahkan berdoa, yang ia pikirkan hanyalah berlari demi luas tanah yang akan ia peroleh. Setelah ia berlari berputar selama tiga hari tiga malam akhirnya ia sampai kembali ke kerajaannya. Namun apa daya, tubuhnya sangat lelah, kurus, hingga yang terlihat hanya tulang karena ia melupakan makan dan minum. Setelah sampai di depan pintu kerajaannya ia pun meninggal. Dan dikubur tanpa penghormatan yang istimewa walaupun ia adalah prajurit kebanggaan raja bahkan kerajaan tersebut membanggakannya.
Dari cerita tersebut dapat kita simpulkan, jika hanya mengejar nafsu belaka tidak ada yang akan kita dapatkan, seperti prajurit itu yang hanya mengejar kekayaan luas tanah. Janganlah mengejar nafsumu, karena ayat diatas berseru bahwa jika kita menahan nafsu maka surga lah tempat tinggal orang yang dapat menahan hawa nafsu.